Jumat, 07 Juni 2013

mimpi itu apa..??

Tak ada yang berubah dari  yang pernah kutinggalkan. Kecuali pondok makanan  kecil yang berada di pojok  gapura  tempat aku berdiri .Pondok ini  sekarang sudah berubah mini market modern dengan berbagai stan  jajanan di depannya.  
Sepoi angin subuh  begitu sejuk menyambut kedatanganku kali ini. Atau lebih tepatnya menghujaniku degan hembusan angin pedesaan yang begitu asri dan dingin.
Pak  Zainal, pemuka agama kampung kami , menjadi satu-satunya orang yang pertama kali aku lihat dari hampir setengah jam lalu aku sampai di tempat ini.  .Dengan kopyah putih  dan sorban kotak-kotaknya ia melangkah tertatih menuju mushola, menggambarkan berapa beban usianya sekarang. Ia kumandangkan takbir  kebesaran agama kami. Suaranya membelalak memecah keheningan subuh buta.
Aku amati setiap sudut kampung tercintaku, berdiri di dekat tempat  wudhu.Namun pak Zainal tidak menghiraukan kedatanganku, bahkan orang-orang yang datang bersembahyang tidak sebuah salampun mereka ucapkan padaku.
Aku  berjalan menyusurui kampung, sambil terus berpikir apa yang membuat orang kampung memusuhiku. Belum ada aktivitas yang ketara menggambarkan kehidpuan di pagi hari.
“Allahu akbar..Allaaaaahuakbar… Allaaaahu akbar.Allaaahuakbar…..” sayup adzan menyemai teliga saat  kakiku berjalan menjauh dari mushola.
Lampu-lampu mulai di matikan orang-orang beranjak dari tidurnya menuju tempat persembahyangan. Aku berniat akan segera sholat jika aku sudah sampai ujung kampong ini. Tepatnya di gubuk bambuku. Aku ingin segera memeluk mamak tercintaku.
Pulang kembali ke kampung halaman membuat kesan tersendiri , hingga aku tetap terjaga di bus yang menuju kampungku. Bengkak mataku tidak aku hiraukan, yang penting adalah aku ingin segera ketemu mamak, setelah sekian tahun akau tak jumpa rasanya rindu sekali.
“Assalamu’laikum….”   Aku sampai depan pintu rumah.
Tok.tok. tok..    ”assalau’alaikum…..mak….”
Tidak ada jawaban. Apakah mamak  masih tidur. Ataukah tidak kedengaran, pikirku
“Assalamu’laikum..,…”                              
Aku tunggu sampai hampir seperempat  jam, namun belum  ada balasan. Lelah menunggu. Aku beranjak menuju pintu belakang.
mamak..mamak aku  datang..”
Tidak ada jawaban juga. Aku terduduk di emperan  belakang . Tiba-tiba terdengar derit pintu belakang terbuka.
“mamak…”
Mamak acuhkan aku. Ia tidak melirik sedikitpun kearah aku berdiri.
“mamak… ni minah..” Aku mencoba memulai .
mamak. …Aku kangen karo mamak. delengen aku mak.  Anakmu uwis bali.” Ratapku dengan air mata yang mengalir. mamak tetap tidak pedulikan aku,  apa mamak belum memaafkan  aku?.
Beberapa tahun yang lalu aku telah membuat mamak marah setengah mati padaku . Itu dikarenakan kelalaiku yang  membuat bapak menanggung semua kesalahanku.
 Bapak  di penjara  beberapa bulan karena ulahku kepada sekawanan anak jenderal di kampungku, mamak sudah memaafkanku . ia juga mengantarkan aku ke stasiun sebelum akhirnya aku merantau  pergi ke Jakarta. Aku masih ingat Mamak memelukku erat.
mamak sayang karo kowe nduk. Mamak uwis ora nesu karo kowe. Ati.ati. kerep-kerep kirim kabar karo mamak..”
“dadi wong kang migunani tumrap wong akeh, ora lali sholat.gawea seneng mamak bapakmu sing neng deso”
Masih terniang kata-kata mamak  beberapa tahun lalu sampai saat ini, dan peristiwa itu mengubahku menjadi aku,  minah yang penuh tanggung jawab seperti sekarang ini. Berpuluh surat balasan dari mamak juga tidak pernah mengungkit masalah yang pernah aku lakukan tempo dulu.Pergi jauh dari orang tua dengan umur yang masih belia bukan sesuatu yang mudah, aku tinggal bersama pakde di Jakarta dengan berbekal tekad dan keyakinan. Aku dibiaya sekolah pakde hingga menjadi orang seperti saat ini.
“mamak..” aku panggil mamak untuk sekian kalinya, namun  tidak ada respon apapun
“maaaaamaaaak………….”
tiba-tiba terasa pusing gelap gelap dan gelap...
JJJ


Cahaya putih meyilaukan mataku.semakin mendekat,dekat dan terang. Perlahan aku membuka kedua mataku yang berat.
Keyla, rio,vetra,mama, papa berjaga di samping tempat aku berbaring dan yang teridur di sofa itu adalah adikku maura., papa mama aku juga terlihat pucat pasi , sepertinya mereka kurang tidur beberapa hari ini. Aku ingin segera bangun dari tempat tidurku.tetapi,
“aauu,,, aduh… kepalaku..” kudapati perban berbalut di kepalaku
“mimi..sayang.,,? Suara lembut  mama menyentuh lembut tanganku.

Aku mimi..? Tadi aku mengenali diri dengn sebutan minah. Dan yang tadi aku bilang mamak di mimpiku wajahnya tidak sama dengan mama yang sedang di hadapanku sekarang.  Aku mengenali keyla,rio dan vetra, mama,  papa dan maura. Aku ingat mereka semua. Mereka adalah keluarga dan sahabat-sahabatku.tetapi aku tidak ingat mengapa aku sampai ke tempat ini ,dan mimpi itu membawaku seolah aku minah .dan mimi, Panggilan yang asing bagiku.(ntk.)
 (BERSAMBUNG....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar